Istilah “Epen” sudah sangat lazim di pendengaran orang-orang yang
berada di daerah Indonesia bagian Timur, khususnya Papua. Istilah ini
sesunggunya sudah lama, namun mulai dikenal banyak orang melalui cerita lucu
“Mop” yang diperankan oleh seorang pria asal Merauke-Papua yang bernama Dodi.
Yang saya hendak jelaskan bukanlah soal Mop dari papua ini melainkan Istilah
yang sedang berkembang ini. Istilah “Epen = penting”. Jadi kalau ada yang
mengatakan “Epen k dengan koe? atau Epen k dengan Dia?” berarti kita sedang
menyatakan ketidak ingin tahuan kita dengan orang yang dengannya kalimat ini
kita lontarkan. sesungguhnya kalimat ini mengandung makna Negatif yang merujuk
pada adanya keegoisan dalam diri kita ketika mengeluarkan kalimat ini.
Egois= Individualisme, sesunguhnya
mengandung arti mementingkan diri sendiri atau segala sesuatu berpusat pada
dirinya sendiri, mendahulukan kenyamanan dan kentingan diri dengan mengorbankan
kepentingan dan kenyamanan orang lain. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada masa
sekarang keegoisan setiap individu sangat nampak kita temui dalam kehidupan
sehari-hari. Contoh kecil, membangun tembok yang setinggi mungkin untuk
memagari rumah. Seakan tak mau orang lain mengganggunya dan pun tidak ingin
mengetahui apa yang terjadi di sekeliling rumahnya. Orang yang egois adalah
orang yang menjadikan dirinya sebagai pusat, mengutamakan kepentingan diri dan
perasaannya sendiri tanpa memperdulikan kepentingan dan perasaan orang yang ada
di sekitarnya.
Bacaan kita hari ini(Yacobus
3:13-18), sesungguhnya menentang akan hal keegoisan dalam mengerjakan
pelayanan. Surat yang ditulis oleh Yacobus sendiri yang adalah saudara seibu
Yesus Kristus ditujukan kepada kedua belas suku yang tersebar di antara
bangsa-bangsa (Orang Kristen Yahudi) dan juga bagi setiap kita yang percaya.
Isi dari kitab Yacobus sendiri menekankan bahwa memiliki Iman saja Tidaklah
cukup. Kita harus memiliki Iman yang terlihat Nyata dalam perbuatan baik, dan
itu meliputi kesombongan, prasangka, kemunafikan, keduniawian, lidah yang sukar
dikendalikan, dan sikap Apatis.
Tuhan memanggil kita untuk menjadi
berkat dan kesaksian bagi orang lain, bukan lagi hdup untuk diri sendiri atau
mementingkan diri sendiri. Sehingga apabila ada orang Kristen yang mengerjakan
pelayanan dan memiliki motivasi yang berpusat pada dirinya, sesungguhnya dia
tidak pantas untuk melayani. Mengapa Yacobus dengan keras menentang sikap
mementingkan diri sendiri pada ayat 14 dan 15? Karena sesungguhnya dai sikap
inilah akan timbul kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Kita tahu bahwa
orang yang egois akan melakukan apa saja demi mewujudkan apa yang diinginkan,
tidak peduli hal itu menyakiti mengorbankan perasaan orang lain. Bila kita
terus dikuasai dan dikendalikan oleh keegoisan, maka dalam diri kita akan
timbul dosa yang bau yaitu kikir/pelit alias tidak punya belas kasihan/tidak
murah hati terhadap orang lain. Jika demikian maka ini sungguh bertentangan
dengan apa yang dikehendaki oleh Yesus yang harus dimiliki oleh orang yang
mengerjakan pelayananNya. Alkitab menegaskan “hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati(luk
6:36) dan Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh
kemurahan (Matius 5:7)”.
Sesungguhnya, jangan lagi kita
dikendalikan oleh keegoisan atau sikap mementingkan diri sendiri, karena jika
hal itu terus menerus kita biarkan, maka itu bisa menjadi batu sandungan bagi
diri kita dan orang lain. Jika demikian, mari melihat kedalam diri kita
masing-masing. Buang sift egoisme atau sikap mementingkan diri sendiri dan
hiduplah sebagai orang-orang yang memiliki sikap murah hati seperti yang
dimiliki Bapa kita yang adalah pemilik pelayanan yang kita kerjakan. Sehingga
ketika sang Tuan pulang, kita kedapatan menjadi pekerja-pekerja yang bertanggung
jawab dengan pekerjaan yang sudah dipercayakan kepada kita. Kita diselamatkan
hanya oleh Iman, tetapi iman yang menyelamatkan ini tidaklah berdiri sendiri.
Iman kita dinyatakan melalui ketaatan dan buah yang dihasilkan melalui
pelayanan yang kita kerjakan.Amin
No comments:
Post a Comment